A Letter To My Mother
Ketika aku lahir aku menangis dan
ibuku tersenyum, aku bahagia karena aku termasuk orang yang beruntung yang
terpilih dari sekian ribu sel di dalam rahim seorang ibu yang akhirnya saya
menjadi manusia seutuhnya.
Terik, lelah, susah, ibu
mengandungku selama kurang lebih 9 bulan, aku tidak pernah tau apa yang terjadi
pada ibuku selama mengandungku, aku tidak pernah tau lelah yang seperti apa
yang ibu rasakan ketika ibu mengandungku.
Sebelum kelahiranku, disaat usia
kehamilan ibuku sudah berusia 9 bulan ibu masih tetap semangat untuk
menyambutku, mempersiapkan semua keperluanku, begitu dengan penuh rasa sayang
ibu dengan sabar menjalani masa-masa kehamilannya.
Kemudian saat itu telah tiba,
dimana saya di lahirkan dari rahim seorang ibu, dengan sabar ibu menahan sakit,
dengan sabar ibu sangat berharap dapat melihatku dengan keadaan sehat tanpa
memikirkan keadaannya sendiri, hidup dan mati ibu pertaruhkan nyawanya untuk
melahirkanku.
Bagi ibu usia kehamilan yang 9
bulan itu tidak masalah karna baginya kebahagiaan terbesar untuk hidupnya dapat
memiliki seorang anak. Seketika itu tangisanku terpecahkan, menggemparkan
seluruh keluarga, mengubah semua ketegangan menjadi tangisan bahagia.
Kini aku telah terlahir di dunia
ini, aku bahagia memiliki ibu dan ayah yang amat sangat menyayangiku, aku hidup
ditengah keluarga yang harmonis. Saat itu ketika aku mulai tumbuh aku mulai
mengenal lingkungan, aku dapat bermain, belajar dengan teman-teman dengan penuh
perhatian dari ayah dan ibu.
Namun ternyata keadaan bahagia
itu tidak bertahan lama, ketika usiaku menginjak pada usia 5 tahun, ayah dan
ibu sering bertengkar, aku bingung dengan keadaan yang sangat menyulitkan ini.
Aku hanya bisa terdiam melihat orang tuaku yang tidak seharmonis dulu. Beberapa
minggu setelah pertengkaran itu orang tuaku bercerai, ayah meninggalkan ibu dan
aku. Kini ibuku menjadi seorang single parent, ibu sabar menjalani hidup yang
dikatakan cukup sulit. Diusiaku yang menginjak usia tumbuh kembang ibu berusaha
keras untuk berusaha membahagiakanku meski tanpa seorang ayah.
Bagiku ibu segalanya, dengan
penuh kasih sayang ibu berkorban banting tulang untuk dapat membiayai
sekolahku, memenuhi kebutuhanku tanpa mengeluh, dengan tegar ibu merawatku
seorang diri. Ibu selalu tersenyum meski hatinya merasa teriris dengan semua
keadaan yang cukup sulit, tapi ibu selalu berusaha tersenyum di depanku, tak
ingin ibu membebani fikiranku, buatnya adanya aku di samping ibu sudah sedikit
mengurangi beban di pundaknya.
Hari berganti minggu, bulan
berganti tahun dan usia semakin berkurang ibuku tak pernah lelah untuk tetap
merawatku hingga aku dapat menyelesaikan sekolah dasar, sekolah menengah,
sekolah menengah atas hingga sekarang aku telah menjadi seorang mahasiswa,
semua ini tidak mudah bagi seorang ibu merawat anak seorang diri, semua ini
butuh proses yang panjang dan cukup sulit tapi tidak untuk ibuku, bagi ibu
semua ini ia lakukan hanya kebahagiaan anaknya.
Buatku ibu lebih dari seorang
perempuan hebat, ibu bagiku manusia yang paling sempurna, yang telah diberikan
kekuatan berkali lipat oleh ALLAH yang tidak dapat dimiliki oleh seorang ayah.
Ibu telah merawatku hingga aku mengerti akan sebuah proses hidup, mengerti akan
sebuah pengorbanan. Selama ini ibu selalu berkorban untukku, aku belajar
melewati hidup ini dari seorang ibu, aku belajar menjadi orang yang lebih
tegar, lebih bijak dari seorang ibu.
Proses yang rumit, tapi buatku
semua akan mudah jika aku juga dapat
berkorban untuk ibu, saat ini aku belum menjadi siapa-siapa, namun saat ini lah
proses dimana aku menjalani hidup untuk dapat membahagiakan ibu. Aku tak ingin
mengeluh dengan semua keadaan ini, aku tak ingin orang yang telah mengorbankan
hidupnya untukku tidak bahagia. Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk
ibu, kebahagiaan ibu.
Terima kasih untuk semua bu, aku
selalu menyayangimu, aku tak ingin melihatmu menangis, aku ingin menggantikan
semua apa yang menjadi hak ibu, kesakitan ibu selama ini semua akan berubah
dengan kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar