Senin, 07 Mei 2012

psikologi perkembangan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Seorang anak atau individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut akan memperoleh skema, skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema yang menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan,informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah atau mengganti skema yang sebelumnya ada.
Asimilisai adalah proses menambahkan informasi baru kedalam skema yang sudah ada, akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap yang lain.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang didapatkan sebagai berikut :
1.      Apa itu perkembangan?
2.      Bagaimana perkembangan fisik anak usia sekolah?
3.      Bagaimana perkembangan kognitif anak usia sekolah?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan gambaran mengenai perkembangan anak pada usia sekolah
2.      Menelusuri perkembangan fisik dan kognitif anak usia sekolah

1.4  Manfaat
1.      Mengetahui perkembangan anak pada usia sekolah
2.      Mengetahui perkembangan fisik dan kognitif usia sekolah
3.      Dapat menyikapi lebih dalam mengenai keadaan perkembangan fisik dan kognitif anak pada usia sekolah
























                                                    
                                                                                
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Perkembangan
Suatu proses perubahan dan stabilitas sepanjang rentan kehidupan manusia dari  konsepsi hingga meninggal.
Perkembangan bersifat sistematis dari perkembangan tahap awal (Quing) kemudian perkembangan tahap kedua (Babling) dan seterusnya.
B.     Perkembangan Fisik
1.      Aspek perkembangan fisik
a.       Pertumbuhan (tinggi dan berat)
Pertumbuhan selama masa usia sekolah sangat lambat . Namun , meskipun perubahan hari demi hari tidak terlihat jelas , mereka menghasilkan perubahan yang mengejutkan antara usia 6 tahun , ketika mereka masih menjadi anak kecil , dan sebelas tahun , banyak yang mulai menyerupai orang dewasa .
Anak – anak tumbuh sekitar 5 – 8 cm tiap tahunnya antara usia 6 dan 11 tahun dan berat badan meningkat kira – kira dua kali lipat selama masa itu .
b.      Gizi Dan Tidur
Untuk mendukung pertumbuhan mereka yang stabil dan penggunaan tenaga yang konstan , anak – anak sekolah membutuhkan rata – rata 2400 kalori setiap hari , lebih banyak pada anak yang lebih tua dan lebih sedikit pada yang lebih muda .
Penelitian menemukan bahwa tidak ada efek negatif pada tinggi , berat , dan massa tubuh , atau perkembangan neurologis dari diet rendah lemak tanpa berlebihan pada usia ini.

                                                                                                          
Kebutuhan untuk tidur menurun dari sekitar 11 jam per hari pada usia 5 tahun ke 10 jam pada usia 9 tahun dan sekitar 9 jam pada usia 13 tahun . Anak – anak usia sekolah yang sehat akan sangat awas pada siang hari namun demikian , masalah tidur sepeerti membangkang untuk pergi tidur , insomnia dan mengantuk di siang hari adalah hal yang lazim selama masa – masa ini , sebagian Karena banyak anak , seiring dengan mereka tumbuh dewasa , diperbolehkan untuk mengatur jam tidur mereka sendiri .
c.       Perkembangan otak
Di sini kita akan membahas mengenai Perubahan struktur otak dan kemajuan fungsi kognitif. Proses pendewasaan dan pengetahuan pada masa kanak-kanak tengah semakin baik, dengan lebih efisien menyeleksi dan mengerjakan berbagai tugas. Dan perubahan dalam meningkatkan kecepatan dan efisiensi dari proses otak dan meningkatkan bakat.
pembelajaran dari struktur otak yang semakin kompleks. Dari semua pengalaman, dari interaksi  antara genetik, epigenetik, dan faktor lingkungan.
d.      Perkembangan Motorik dan permainan fisik
Keterampilan motorik terus meningkat pada usia sekolah , namun demikian pada masa ini anak-anak pada masyarakat transisi dan belum mengenal tulisan sudah bekerja dan hal ini ditambah dengan lebih banyak pekerjaan rumah tangga , terutama bagi anak perempuan membuat mereka hanya memiliki sedikit waktu dan kebebasan untuk permainan fisik.
Survei secara nasional berdasarkan catatan harian penggunaan waktu menemukan bahwa anak – anak usia sekolah mengahbiskan sedikit banyak waktu tiap minggunya untuk berolah raga dan aktivitas luar ruangan lainnya . Pada masa awal 80an dihabiskan untuk menonton televisi rata – rata 12-14 jam per minggu .

e.       Bermain Di Waktu Istirahat
Berbagai permainan yang dimainkan anak – anak pada waktu istirahat cenderung informal dan diatur secara spontan . Anak laki – laki bermain permainan yang lebih aktif secara fisik sementara anak perempuan lebih suka permainan yang melibatkan ekspresi verbal atau menghitung dengan suara keras , seperti bermain lompat tali . Sekitar 10% permainan bebas anak – anak sekola pada waktu istirahat ditingkat awal terdiri dari permainan kekacauan dan kekasaran seperti bergulat , menendang , dan saling menjatuhkan.
Jenis permainan ini memuncak pada masa kanak – kanak biasanya turun 5% pada usia 11 tahun . Sebuah fakta yang umunya diatribusikan kepada kombinasi perbedaan hormone dan sosialisasi.

f.       Olah raga yang terorganisasi
Menurut survei secara nasional di AS terhadap anak berusia 9-11 tahun dan orang tuanya, 38.5 persen melaporkan keikutsertaan di dalam olah raga yang terorganisasi di luar jam sekolah selama seminggu sebelumnya, paling sering pada bisbol, softball, sepak bola dan bola basket. Sekitar 77.4 persen anak-anak turut serta didalam kegiatan fisik yang tidak terorganisir, seperti bersepeda dan melempar bola ke keranjang.
2.      Kesehatan, kebugaran dan keamanan
a.       Obesitas/kelebihan berat badan
Sekitar 16 persen anak berusia 6-11 tahun mengalami kelebihan berat badan dan tambahan 15 persen mendekati kelebihan berat badan. Anak laki-laki lebih mungkin terkena kelebihan berat badan dari pada anak perempuan.
Ø  Penyebab kelebihan berat badan
Pada hari biasa, lebih dari 30 persen sempel survei nasional yang berjumlah 6.212 anak dan remaja dilaporkan mengonsumsi makanan cepat saji yang memiliki kadar lemak, karbonhidrat dan bahan tambahan gula yang tinggi.
Ø  Mengapa anak yang kelebihan berat badan lebih dikhawatirkan?
Kelebihan berat badan merupakan kelemahan bagi anak-anak usia sekolah. Anak-anak dengan kelebihan berat badan sering kali menderita secara emosional dan mungkin mengimbanginya dengan memanjakan diri mereka dengan berbagai kesenangan, membuat masalah fisik dan sosial mereka jadi lebih buruk. Anak-anak ini beresiko memiliki masalah perilaku, depresi dan harga diri yang rendah. Mereka biasanya memiliki masalah kesehatan, termasuk tekanan darah, kolesterol dan kadar insulin yang tinggi.
Ø  Pencegah dan penanganan kelebihan berat badan
Mengurangi waktu didepan televisi dan komputer, perubahan dalam label dan iklan makanan, makanan kantin sekolah yang lebih sehat, pendidikan untuk membantu anak-anak memilih makanan yang lebih baik, serta lebih banyak program pendidikan jasmani, akan membantu.
Ø  Kelebihan berat badan dan hipertensi pada masa kanak-kanak
Hipertensi (hypertension) dulu relatif jarang terjadi pada masa kanak-kanak, tetapi saat ini dianggap sebagai “epidermi yang berkembang” dari resiko kardiovaskular, terutama diantara etnis minoritas.
Penurunan berat badan melalui modifikasi diet dan kegiatan fisik rutin merupakan penanganan utama bagi hipertensi yang terkait dengan kelebihan berat badan.



b.      Masalah medis lainnya
Penyakit pada masa kanak-kanak tengah cenderung singkat. Kondisi medis akut (acute medical conditions) kadang-kadang kondisi jangka pendek, seperti infeksi, alergi dan kutil lazim dialami.
Ø  Masalah pendengaran dan penglihatan
Kebanyakan anak usia sekolah memiliki penglihatan yang lebih tajam dibandingkan ketika mereka masih balita. Anak-anak dibawah 6 tahun cenderung sulit melihat dari jarak dekat. Pada usia 6 tahun, penglihatan biasanya lebih teliti dan karena kedua mata sudah terkoordinasi dengan lebih baik, masa anak bisa lebih baik dalam memusatkan penglihatan.
Hampir 13 persen anak dibawah usia 18 tahun perkiraan mengalami kebutaan atau kerusakan penglihatan, sekitar 15 persen anak usia 6-9 tahun yang kebanyakan anak laki-laki, mengidap beberapa kehilangan pendengaran.
Ø  Asma (asthma)
Penyakit pernapasan kronis yang dicirikan dengan serangan batuk, pernapas paru (bengek) dan kesulitan bernapas secara mendadak, merupakan penyebab utama ketidak mampuan pada masa kanak-kanak.
Beberapa ahli berpendapat bahwa rumah-rumah yang sangat bersekat sebagai penyebabnya karena memperkuat pemaparan terhadap racun lingkungan didalam rumah dan alergen.
Ø  HIV dan AIDS
Di seluruh dunia, diperkirakan sebanyak 2.2 juta anak dibawah usia 15 tahun terjangkit human immunodeficiency virus HIV. Anak-anak ini memiliki resiko tinggi menderita asquired immune deficiency syndrome (AIDS). Banyak anak ini tertular AIDS dari ibu mereka, biasanya ketika dalam kandungan dan menjadi korban kekerasan seksual. Mereka dengan gejala-gejala AIDS bisa jadi terkena disfungsi sistem saraf pusat yang dapat mengganggu kemampuan mereka untuk belajar, tetapi terapi antiretrovirus dapat meningkatkan keberfungsian mereka. Kebanyakan anak yang terjangkit HIV pada usia sekolah dapat berfungsi secara normal, karena nyaris tidak ada resiko menularkan ke teman-teman sekelasnya.
Ø  Kecelakaan
Seperti pada masa kanak-kanak awal kecelakaan adalah pemimpin, penyebab kematian diantara anak-anak usia sekolah US. Di masa 9 tahun sekolah 96.359 anak-anak laihr di Alberta Canada 21% terdapat setidaknya 1 kecelakaan setiap tahun dan 73% mengulang kecelakaan-kecelakaan selama periode sekolah. Laki-laki akan lebih mengalami kecelakaan dari pada perempuan.
C.     Perkembangan Kognitif
1.      Pendekatan piaget anak operasional konkret
Menurut piaget, pada sekitar 7 tahun, anak-anak memasuki tahap opersional konkret, dimana mereka bisa menggunakan berbagai opersi mental, seperti penalaran, memecahkan masalah-masalah konkret (nyata).
a.       Kemajuan kognitif
Pada tahap operasional konkret, anak-anak sudah memilki pemahaman yang lebih baik dari pada anak-anak praoperasional mengenai konsep spasial, sebab akibat, pengelompokan, penalaran induktif deduktif, konservasi, serta angka.
Ø  Hubungan spasial dan sebab akibat
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan spasial, anak-anak didalam tahap operasional konkret ini memilki ide yang lebih jelas mengenai beberapa jauh dari satu tempat ke tempat yang lain dan berapa lama untuk sampai kesana, serta mereka dapat dengan lebih mudah mengingat rute dan tanda pengenal tempat selama perjalanan. Baik kemampuan menggunakan peta dan model serta kemampuan mengkomunikasikan informasi spasial meningkat seiring bertambahnya usia, penilaian mengenai sebab akibat juga meningkat.
Ketika anak berusia 5-12 tahun diminta untuk meramalkan bagaimana tuas dan timbangan akan bekerja dibawah kondisi yang bervariasi, anak yang lebih tua memberikan jawaban yang lebih benar. Anak-anak memahami pengaruh atribut fisik (jumlah objek pada tiap sisi timbangan) lebih dahulu dibandingkan mereka mengenali pengaruh faktor spasial (jarak objek dari tengah timbangan).
Ø  Pengelompokan
Pengelompokan meliputi berbagai kemampuan yang relatif canggih, seperti seriasi, penyimpulan transitif, dan inklusi kelas.
Seriasi adalah ketika mereka dapat menyusun banyak objek dalam suatu urutan menurut satu atau lebih dimensi, penyimpulan transitif adalah kemampuan menyimpulkan hubungan antara dua objek dari hubungan antara keduanya dan objek ketiga, inklusi kelas adalah kemampuan melihat hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagianya.
Ø  Penalaran induktif dan deduktif
Menurut piaget anak-anak pada tahap operasional konkret hanya menggunakan penalaran induktif (inductive reasoning) mulai dengan pengamatan mengenai anggota partikular dari kelas orang-orang, hewan, objek atau kejadian, kemudian mereka mengambil kesimpulanumum mengenai kelas sebagai kseluruhan. Penalaran deduktif (deductive reasoning) diamana piaget meyakini tidak berkembang sampai masa remaja, dimulai dengan pernyataan umum (premis) mengenai suatu kelas dan menerapkanya ke anggota kelas partikular.
Ø  Konservasi
Dalam memecahkan berbagai jenis masalah konservasi, anak-anak pada tahap operasional konkret dapat mencari jawaban dengan mengerjakan di dalam kepala mereka, mereka tidak perlu mengukur atau menimbang objek.
Ø  Angka dan matematik
Pada usia 6 atau 7 tahun, banyak anak dapat menghitung di dalam kepala mereka. Mereka juga belajar untuk berhitung. Mereka bisa saja memerlukan dua atau tiga tahun lebih untuk menampilkan operasi yang sebanding dengan pengurangan, tetapi kebanyakan anak pada usia 9 tahun dapat menghitung ke atas dari angka yang lebih kecil dan kebawah dari angka yang lebih besar untuk mendapatkan jawaban.
Anak-anak juga dapat lebih mahir pada pemecahan masalah cerita sederhana. Penelitian pada orang-orang yang minim pendidikan pada Negara-negara berkembang menunjukan bahwa kemampuan semakin berkembang hampir secara universal dan sering kali secara intuitif melalui pengalaman konkret dalam konteks budaya.
b.      Berbagai pengaruh perkembangan neurologis, budaya dan sekolah
Piaget menegaskan bahwa peralihan dari cara berfikir yang kaku dan tidak logis pada anak kecil ke cara berfikir yang fleksibel dan logis pada anak yang lebih tua tergantung pada baiknya perkembangan neurologis dan pengalaman dalam beradaptasi dengan lingkungan.
c.       Penalaran moral
Piaget (1932 piaget dan inhelder, 1969) mengemukakan bahwa penalaran moral berkembang dengan 3 tahap, anak-anak beralih secara bertahap dari satu tahap ke tahap yang lain pada usia yang bervariasi.
2.      Pendekatan pemrosesan informasi, ingatan dan keterampilan pemrosesan lainnya
a.       Bagaimana mengembangkan kemampuan executive?
Tingkat perkembangan dari fungsi executive dari bayi hingga remaja disertai perkembangan otak. Fungsi executive adalah kontrol dari pemikiran, emosi dan tindakan untuk mencapai tujuan dan menyelesaikan masalah.
Lingkungan rumah berkontribusi dalam perkembangan kemampuan executive. Anak-anak usia sekolah mengembangkan kemampuan perencanaan dengan mengambil keputusan mengenai aktifitas sehari-hari mereka.
b.      Perhatian selektif
Anak-anak usia sekolah dapat berkonsentrasi lebih lama dari anak-anak yang lebih muda dari mereka dan dapat memusatkan pada informasi yang mereke perlukan dan inginkan, seperti menyaring informasi yang tidak relevan.
Kapasitas untuk perhatian selektif yang tumbuh ini diyakini berkaitan dengan kematangan neurologis dan merupakan salah satu alasan ingatan yang meningkat selama masa kanak-kanak tengah.
c.       Kerja ingatan
Efisiensi dari kerja ingatan meningkat secara tepat di usia anak-anak tengah, jadi jika memori berkembang dengan baik, perkembangan kognitif pun baik.

d.      Metamemori (memahami ingatan)
Antara usia 5 dan 7 tahun, lobus frontal pada otak mengalami perkembangan dan pengorganisasian ulang yang signifikan. Berbagai perubahan ini memungkinkan peningkatan dalam mengingat kembali dan metamemori pengetahuan mengenai proses ingatan kemampuan yang terkait adalah metakognisi kesadaran seseorang akan proses berpikirnya sendiri.
e.       Mnemonic (berbagai strategi untuk mengingat)
Berbagai alat untuk membantu ingatan disebut strategi mnemonic, strategi yang paling umum di antara anak-anak dan orang dewasa adalah penggunaan alat-alat bantu ingatan eksternal.
 Berbagai strategi mnemonic yang umum adalah pengulangan (rehearsal), organisasi dan elaborasi. Bantu ingatan eksternal adalah sesuatu diluar diri seseorang, pengulangan (rehearsal) adalah pengulangan yang disadari, organisasi adalah menempatkan informasi secara mental ke dalam berbagai kelompok, elaborasi adalah pengkaitan berbagai item dengan sesuatu yang lain.
f.       Proses informasi
Peningkatan pada proses informasi mungkin membantu menjelaskan manfaat dari deskripsi piaget. Sebagai contoh, usia 9 tahun mungkin lebih baik dari pada anak usia 5 tahun untuk menemukan jalan ke dan dari sekolah karena mereka dapat mengingat objek.
Improfisasi dalam memori memberikan kontribusi terhadap pengumpulan tugas-tugas konservasi kerja memori anak-anak sangat terbatas, jadi mereka tidak bisa mengingat semua informasi yang relevan (Siegler dan Richards 1982)




3.      Pendekatan psikometrik (pengkuran kecerdasan)
a.       Kontroversi IQ
IQ pada usia 11 tahun bahkan dapat meramalkan panjangnya usia dan kehadiran atau ketidak hadiran kemandirian fungsional dan pikun pada masa dewasa akhir.
b.      Pengaruh pendidikan
Anak-anak yang masuk sekolahnya tertunda secara signifikan akan kehilangan sebanyak 5 angka IQ tiap tahunnya dan beberapa kehilngan ini tidak pernah dapat dipulihkan.
c.       Berbagai pengaruh ras/suku bangsa dan budaya
Banyak penelitian mengatribusikan perbedaan etnis dalam IQ dengan ketidaksamarataan lingkungan. Dalam pendapatan, gizi,kondisi kehidupan, kesehatan, praktik pola asuh, pengasuhan anak dini, rangsangan intelektual, pendidikan, budaya atau situasi lain seperti dampak penindasan dan deskriminasi yang dapat mempengaruhi harga diri, motivasi dan prestasi akademik. Perbedaan lingkungan mempengaruhi kesiapan untuk sekolah yang pada akhirnya mempengaruhi kecerdasan yang diukur dan juga prestasi. Beberapa kritik mengtribusikan perbedaan etnis dalam IQ dengan bias budaya, bebas budaya, culture fair, relevan dengan budaya.
d.      Teori kecerdasan majemuk gardner
Gardner, seorang neuropsikolog dan peneliti pendidikan pada universitas harvard, mengidentifikasi tujuh bentuk kecerdasan yang berbeda. Menurut gardner, tes kecerdasan konvensional hanya menyentuh tiga kecerdasan yaitu linguistik, logika matematika, dan pada kadar tertentu spasial. Empat yang lain, yang tidak dicerminkan dalam skor IQ adalah musikal, tubuh kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal.


e.       Teori kecerdasan triarchic dari Sternberg
Terdiri dari tiga unsur atau aspek kecerdasan yaitu componential, experiental, contextual.
·         Unsur componential, merupakan aspek analitis dari kecerdasan, unsur ini menentukan bagaimana orang-orang secara efisien memproses informasi.
·         Unsur experiental, merupakan kreatif atau perseptif, unsur ni menentukan bagaimana orang-orang mendekati tugas-tugas baru atau familiar.
·         Unsur contextual, adalah praktis menentukan bagaimana orang-orang menangani lingkunganya.

f.       Arah baru lainnya dalam pengetesan kecerdasan
Beberapa alat diagnostik dan prediktif baru didasarkan pada penelitian neurologis dari teori pemrosesan informasi. Edisi kedua dari Kaufman Assessment Battery For Children (K-ABC-II). Sebuah tes individual untuk usia 3-18 tahun, dirancang untuk mengevaluasi berbagai kemampuan kognitif pada anak dengan kebutuhan yang beragam (seperti autisme, kerusakan pendengaran, dan gangguan bahasa).
4.      Bahasa dan Literasi
a.       Kosakata, tata bahasa dan sintaks
Sebagaimana kosakata tumbuh , anak-anak menggunakan kata kerja yang kian bertambah, untuk menggambarkan suatu tindakan (memukul, menampar, menggebuk, menghantam). Kiasan dan perumpaan, kata kiasan dimana kata atau frase yang biasanya menunjukan satu hal yang dibandingkan atau diterapkan pada yang lain, menjadi kian bertambah lazim. Dan mungkin setelah usia 9 tahun, pemahaman anak-anak mengenai aturan sintaks (bagaimana kata disusun menjadi frasa dan kalimat) menjadi makin canggih dan struktur kalimat menjadi lebih terelaborasi.
b.      Pragmatik (pengetahuan mengenai komunikasi)
Wilayah utama pertumbuhan linguistik selama masa-masa sekolah adalah pragmatik. Penggunaan praktis bahasa untuk berkomunikasi. Pragmatik meliputi ketrampilan bertutur dan bercakap. Ada perbedaan individu yang cukup banyak di dalam ketrampilan tersebut, beberapa anak usia 7 tahun lebih baik dalam percakap-cakap dari pada dengan orang dewasa, ada juga perbedaan gender.
c.       Pendidikan bahasa kedua
Beberapa sekolah menggunakan pendekatan english-immersion, yaitu anak-anak mendalami bahasa inggris sejak awal, didalam kelas-kelas khusus. Sekolah lain mengadopsi program pendidikan bilingual (bilingual education), sebuah program yang mengajarkan anak-anak dengan dua bahasa, pertama belajar dengan bahasa asli dengan orang lain yang juga bahasa asli dan kemudian berpindah dikelas biasa didalam bahasa inggris ketika mereka lebih pasif dalam bahasa inggris.
Program-program ini dapat mendorong anak-anak untuk menjadi bilingual (fasih dalam dua bahasa) dan merasa bangga dengan identitas budaya mereka.
5.      Anak di sekolah
Sekolah merupakan pengalaman formatif utama, mempengaruhi setiap aspek perkembangan. Di sekolah, anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi sosial, memperluas tubuh dan fikiran, serta untuk mempersiapkan kehidupan dewasa.
a.       Memasuki kelas satu
Dalam sebuah penelitian longitudinal porspektif berskala besar, anak-anak yang selama taman kanak-kanak dan kelas satu yang berpartisipasi pada olah raga, musik dan penalaran dansa atau klub secara konsisten, memiliki nilai yang lebih baik pada tes pra_membaca dan ketrampilan matematika yang berstandarisasi mendekati akhir kelas satu.
b.      Literasi
Setelah anak-anak dapat menerjemahkan objek pada sebuah halaman menjadi pola-pola suara dan makna, mereka dapat mengembangkan strategi canggih yang kian bertambah untuk memahami apa yang mereka baca, serta mereka dapat menggunakan kata-kata tertulis untuk mengungkapkan berbagai ide, pikiran dan perasaan.
d.      Membaca
Anak-anak dapat mengidentifikasikan kata yang dicetak dengan dua cara. Satu disebut decoding, anak membunyikan kata, menerjemahkan dari cetak kebicara sebelum menyimpan dan mengingat kembali dari ingatan jangka pendek. Cara kedua adalah menyimpan dan mengingat kembali berdasarkan visual (vissualy based retrieval) anak cukup melihat pada kata dan kemudian mengingatnya kembali.
kedua cara ini membentuk inti dua pendekatan yang berlawanan untuk membaca instruksi. Pendekatan tradisional, yang menekankan pada encoding, disebut fenotik atau pendekatan penekanan kode (phonetic or code emphasis approach). Pendekatan yang lebih baru adalah pendekatan keseluruhan bahasa (whole language approach), menekankan penyimpanan dan pengingatan kembali visual serta penggunaan isyarat kontekstual.
e.       Menulis
Menulis sulit bagi anak-anak berusia muda dan karangan awal biasanya cukup pendek. Tidak seperti percakapan, yang memberikan umpan balik tatap, menulis menuntun anak menilai secara mandiri apakah tujuan telah dicapai.


f.       Pengaruh prestasi sekolah
Sebagaimana teori bioekologis dari Bronfenbrenner akan meramalkan, selain karakteristik anak, tiap-tiap tingkatan konteks kehidupan mereka dari keluarga kandung sampai apa yang terjadi didalam kelas sampai pesan-pesan yang diterima anak-anak dari teman-teman seusianya dan dari budaya yang lebih besar mempengaruhi seberapa baik mereka berprestasi di sekolah.
g.      Sang anak (efikasi dan gender)
Menurut teori kognitif sosial dari Albert Bandura, para murid yang memiliki efikasi diri tinggi yang percaya bahwa mereka bisa menguasai pekerjaan sekolah dan mengatur pembelajaran mereka sendiri, lebih cenderung untuk mencoba berprestasi dan berhasil dibandingkan mereka yang tidak percaya pada kemampuan mereka sendiri.
h.      Penerapan pola asuh
Gaya pola asuh bisa mempengaruhi motivasi. Dalam sebuah penelitian, anak-anak kelas lima yang paling berprestasi memiliki orang tua yang authoritative. Mereka memliki rasa ingin tahu dan tertarik untuk belajar, mereka menyukai tugas-tugas menantang dan menikmati memecahkan masalah dengan sendiri. Orang tua otoritarian, yang mengawasi anak-anaknya mengerjakan pekerjaan rumah mereka, memantau dengan ketat dan tergantung lebih rendah. Begitu pula anak-anak dengan orang tua permissive yang tidak terlibat atau terlihat tidak peduli dengan prestasi anak disekolah.
i.        Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi bisa menjadi faktor yang kuat dalam prestasi di bidang pendidikan, bukan dalam atau itu sendiri, tetapi melalui pengaruhnya pada faktor-faktor seperti suasana keluarga, pemilihan sekitar tempat tinggal, dan penerapan pola asuh. Anak-anak dengan orang tua miskin lebih mungkin mengalami suasana rumah dan sekolah yang negatif, kejadian-kejadian penuh tekanan dan tidak stabil, serta rumah tangga yang kacau.
Dalam sebuah penelitian longitudinal, anak-anak yang pada usia 8 tahun memiliki lingkungan rumah yang merangsang kognitif menunjukan motivasi intrinsik yang lebih tinggi untuk pembelajaran akademis pada usia 9, 10 dan 13 tahun dari pada anak-anak yang tinggal pada lingkungan rumah yang kurang merangsang.
j.        Sistem pendidikan
Pada tahun 1980-an, serangkaian komisi pemerintah dan pendidikan mengajukan rencana untuk peningkatan, mulai dari pekerjaan rumah, ke hari sekolah dan tahun sekolah yang lebih lama, serta keorganisasi ulang menyeluruh terhadap sekolah dan kurikulum.
Pada tahun 2001, kongres memberlakukan no child left behind (NCBL), sebuah gerakan reformasi pendidikan yang menekankan akuntabilitas, pilihan orang tua dan kontrol lokal yang diperluas dan fleksibilitas. Tujuannya adalah untuk menyalurkan pendanaan federal untuk berbagai program dan praktik yang berdasarkan penelitian, dengan penekanan khusus pada membaca dan matematika.

k.      Lingkungan sekolah
Anak-anak belajar secara lebih baik dan guru mengajar secara lebih baik di dalam lingkungan yang nyaman dan sehat. Kualitas udara, suhu, kelembaban, penerangan dan mutu suara yang memadai meningkatkan kinerja siswa.
Kebanyakan pendidik menganggap kelas ukuran kecil sebagai faktor kunci, terutama pada tingkat awal. Sebuah  penelitian longitudinal melibatkan 11.600 anak TK dan siswa SD di Sekolah umum tennesse menemukan bahwa manfaat akademik bertahan lama bagi para siswa yang dimasukkan kedalam kelas yang sangat kecil secara acak (15 siswa para siswa dibandingkan 22 siswa pada kelas biasanya).
l.        Inovasi pendidikan saat ini
Banyak pendidik mengatakan bahwa satu-satunya solusi nyata untuk tingkat kagagalan tinggi adalah mengidentifikasi siswa yang beresiko sejak dini dan mengintervensi sebelum mereka gagal.
Beberapa orang tua, tidak senang dengan sekolah negeri mereka atau mencari gaya pendidikan tertentu memilih charter school (sekolah gratis yang dikelola oleh orang tua, pendidik, perusahaan atau swasta) atau homeschooling (sekolah dirumah). Charter school cenderung lebih kecil dibandingkan sekolah negeri biasa dan memliki filosofi, kurikulum, struktur, atau gaya organisasi yang unik. Homeschooling sah menurut hukum diseluruh 50 negara bagian. Dalam survei pemerintah yang representatif secara nasional, alasan utama orang tua memilih homeschooling untuk anak-anak mereka adalah kehawatiran mengenai lingkungan belajar yang buruk disekolah dan hasrat untuk menyediakan pengajaran yang religius atau moral.
m.    Pemanfaatan komputer dan internet
Pemanfaatan komputer dan internet oleh anak-anak meningkat pesat dalam sepuluh tahun terakhir. Sembilan dari 10 anak usia 8-10 tahun menggunakan komputer dan lebih dari setengahnya menggunakan internet untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah, email, atau bermain.
Kemampuan menggunakan komputer dan menavigasikan world wide web membuka peluang baru untuk pengajaran individual, Namun hal ini mengundang bahaya. Pertama, resiko melihat materi-materi yang membahayakan atau tidak patut. Kedua, para siswa perlu belajar mengevaluasi secara kritis informasi yang mereka temukan didunia maya dan memisahkan fakta dari pendapat dan iklan. Akhirnya, fokus pada “visual literacy” (kemampuan untuk menginterpretasikan, mendiskusikan, dan membuat kesimpulan dari informasi yang diterima dan bentuk gambar) dapat mengalihkan sumber daya finansial dari bidang lainnya.
n.      Budaya
Beberapa anak minoritas, terutama mereka yang berasal dari keturunan asia timur, cenderung berprestasi sangat baik disekolah. Berbagai pengaruh budaya di dalam negara asal mereka mungkin merupakan kunci utama. Budaya asia timur memberikan nilai-nilai yang mendorong keberhasilan pendidikan. Para ibu dari jepang dan china memandang prestasi akademik sebagai hal terpenting yang dituntut kepada anaknya. Sementara para siswa AS bersosialisasi setelah pulang sekolah dan terlibat dalam olah raga dan kegiatan lainnya, para siswa asia mendedikasikan dirinya hampir seluruhnya untuk belajar.
6.      Anak-anak dengan permasalahan belajar
a.       Keterbelakangan mental (mental retadation)
Merupakan bentuk fungsi di bawah normal secara signifikan. Ini ditunjukan dengan IQ, sekitar 70 orang, ditambah dengan defisiensi dalam perilaku adaptif pada usia yang sesuai (seperti komunikasi, keterampilan sosial, dan perawatan diri) yang muncul sebelum usia 18 tahun.
Masalah identifikasi keterbelakangan mental karena munculnya tren sejarah dalam skor-skor IQ. Untuk menyesuaikan dengan tren-tren ini, tes-tes kecerdasan ini dinormalkan secara berkala (membuatnya makin sulit). Dengan demikian, apakah seorang anak dengan kecerdasan horderlin dikelompokan sebagai keterbelakangan mental bisa bergantung pada apakah anak di tes sebelumn atau sesudah norma yang sudah kaku.
Dalam 30-50%, penyebab keterbelakangan mental tidak diketahui. Penyebab-penyebab yang sudah diketahui seperti gangguan genetika, kecelakaan yang traumatis, pemaparan pranatal pada infeksi atau alkohol,dan pemaparau lingkungan pada timbal atau tingkat merkuri. Banyak kasus keterbelakangan mental dapat dicegah melalui konseling genetika, perawatan pranatal, amniosentesis (pemeriksaan air keketuban), pemeriksaan rutin dan perawatan kesehatan untuk bayi yang baru lahir serta layanan gizi untuk ibu hamil dan bayi.
Berbagai program intervensi telah membantu bayak orang dewasa dengan keterbelakangan ringan atau sedang dan mereka yang dianggap “borderline” ( dengan memiliki rentang IQ dari 70 sampai sekitar 85) untuk bekerja, hidup dalam masyarakat, dan berfungsi cukup baik dimasyarakat.
b.      Kesulitan belajar
Disleksia merupakan kesulitan belajar (learning disabilities-LDs) yang paling umum terdiagnosis dari sekian banyak kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan gangguan yang mengganggu aspek khusus dari prestasi sekolah seperti menyimak, berbicara, membaca, menulis atau matematika, yang mengakibatkan kinerja yang secara substansial lebih rendah yang diharapkan pada usia, kecerdasan, dan jumlah bersekolah anak.
sekitar 4 dari 5 anak degan kesulitan belajar di indentifikasi menderita disleksia, umumnya disleksia dianggap sebagai kondisi medis yang kronis dan menetap serta cenedrung diturunkan. Ia menghambat perkembangan keterampilan bahasa lisan dan tulisan  serta bisa menyebabkan masalah dalam menulis, mengeja, tata bahasa, pemahaman bicara dan juga membaca.
Disleksia pada anak-anak yang bertutur inggris diyakini hasil dari kecacatan neurologis dalam memproses suara bicara, ketidak mampuan mengenali bahwa kata-kata terdiri dari unit-unit suara yang lebih kecil, yang di tampilkan dengan huruf-huruf tercetak. Kecacatan dalam pemrosesan fonologis ini membuat makin sulituntuk melakukan decoding kata. Secara biologis, disleksia bisa bervariasi oleh budaya.
c.       Attention – deficit/ hiperactivity disorder (ADHD)
Merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mamutuskan perhatian yang menetap, perhatian yang mudah teralih, impulsivitas, toleransi yang rendah terhadap kegagalan, dan aktifitas yang sangat banyak pada waktu dan tempat yang salah, seperti didalam kelas.
Gangguan ADHD memiliki dua kumpulan gejala yang berbeda, namun terkadang tumpang tindih yang membuat diagnosis menjadi tidak tepat. Beberapa anak kurang memperhatikan, tetapi tidak hiperaktif, lainya menunjukan pola yang sebaliknya. ADHD memiliki dasar genetika yang substansial, dengan tingkat bawaan mendekati 80 persen. Komplikasi kelahiran yang bisa menjadi penyebab gangguan ini termasuk kelahiran prematur, konsumsi alkohol atau tembakau oleh calon ibu, pemaparan terhadap timbal dalam kadar yang tinggi atau PBC dan kekurangan oksigen.
Anak-anak ADHD memiliki struktur otak kecil yang tidak biasa didalam daerah kortikal yang mengatur perhatian dan mengendalikan dorongan. Mereka cenderung melupakan tanggung jawab, berbicara keras dari pada memberikan kepada diri mereka sendiri arahan yang pelan, mudah marah atau frustasi dan menyerah ketika mereka tidak bisa memecahkan masalah.
Penanganan ADHD sering kali dengan dengan obat-obatan, terkadang dikombinasikan dengan terapi perilaku, konseling, pelatihan ketrampilan, sosial dan penempatan pada kelas khusus. Efek samping dari kombinasi pengobatan adalah pertumbuhan tinggi dan berat badan yang lambat.

d.      Mendidik anak dengan berbagai ketidak mampuan
Banyak siswa yang mengikuti program inklusi yaitu program yang menggabungkan mereka dengan anak-anak normal seharian atau setengah hari.
Sekitar setengah siswa dengan ketidakmampuan paling sedikit 80 persen hari mereka didalam kelas biasa. Inklusi dapat membantu anak dengan ketidak mampuan belajar dan hidup bersama di dalam masyarakat dan dapat membantu anak-anak normal mengetahui dan memahami orang-orang dengan ketidakmampuan. Masalah yang mungkin terjadi dengan program inklusi adalah anak-anak dengan kesulitan belajar mungkin di evaluasi dengan standar yang tidak realistis, mengakibatkan mereka tidak naik kelas.
7.      Anak-anak berbakat
Bakat sangat sulit didefinisikan dan diukur. Para pendidik tidak sepakat mengenai siapa yang digolongkan ke dalam berbakat, atas dasar apa, dan bentuk program pendidikan apa yang diperlukan anak-anak ini. Sumber lain kebingungan ini adalah bahwa kreatifitas dan bakat seni terkadang dipandang sebagai satu aspek atau bentuk bakat dan terkadang berdiri sendiri.
a.       Mengidentifikasi anak berbakat
Kriteria konvensional dari bakat adalah kecerdasan umum yang tinggi, sebagaimana diperlihatkan oleh skor IQ 130 atau lebih. Definisi ini cenderung mengecualikan anak-anak yang sangat kreatif (yang jawabannya yang tidak bisa sering kali membuat skor tes mereka lebih rendah), anak-anak dari kelompok minoritas (yang kemampuanya belum berkembang baik, meskipun pada potensi), dan anak-anak dengan kemampuan khusus (yang mungkin hanya rat-rata atau bahkan menunjukan masalah belajar pada bidang lainya).

b.      Mendefinisikan dan mengukur kreatifitas
Satu definisi kreatifitas adalah kemampuan untuk melihat banyak hal dengan pandangan baru untuk menghasilkan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya atau melihat masalah yang gagal dikenali orang lain dan menemukan pemecahan yang baru dan tidak biasa. Kreatifitas tinggi dan kecerdasan akademin tinggi (IQ) tidak harus terkait erat.
J. P. Guilford membedakan antara dua bentuk berpikir, konvergen dan divergen. Berfikir konvergen, bentuk yang di ukur tes IQ  mencari jawaban tunggal yang benar. Berfikir divergen, menghasilkan berbagai kemungkinan baru dalam rentang yang lebar. Berbagai tes kreatifitas mengukur berfikir divergen. Diantara tes kreatifitas yang dikenal luas adalah The Torrance Tests of Crative Thingking, meliputi tugas-tugas seperti menyebutkan berbagai penggunaan yang tidak biasa dari penjepit kertas, melengkapi gambar dan mencatat apa saja nama benda yang di tampilkan. Satu masalah dengan banyak tes ini adalah sebagian skor bergantung pada kecepatan, yang bukanlah merupakan ciri kreativitas.

c.       Mendidik anak berbakat
Sekitar 68 persen sekolah dasar dan SMP/SMA  negri memiliki program khusus bagi mereka yang berbakat. Program-program ini umumnya menganut satu atau dua pendekatan, pengayaan dan akselerasi.
Pengayaan (enrichment) memperluas dan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan memalui kegiatan kelas ekstra, proyek penelitian, kunjungan lapangan, atau pelatihan oleh para ahli. Akselerasi (acceleration), sering kali direkomendasikan untuk anak yang sangat berbakat, untuk mempercepat pendidikan mereka melalui masuk sekolah dini, melompat kelas, penempatan di dalam kelas akselerasi atau kursus lanjutan dalam mata pelajaran spesifik. Akselerasi menengah terlihat tidak membahayakan penyesuaian sosial paling tidak untuk jangka panjang. Beberapa mengatakan bahwa jika tingkat pendidikan meningkat secara signifikan bagi semua anak, hanya yang paling luar biasa yang perlu kelas khusus.



















BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pekembangan fisik selalu mempengaruhi perkembangan kognitif, begitu sebaliknya perkembangan kognitif di pengaruhi oleh perkembangan fisik. Sifat dan karakter pribadi anak tumbuh ketika berada pada masa usia sekolah, selain gender dan keluarga, lingkungan sekolah juga mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif, hingga pada usia dewasa.

3.2              Kritik dan saran
Saya sebagai penulis masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang saya harapkan untuk lebih mengembangkan dalam penulisan selanjutnya, untuk lebih baik lagi.
















DAFTAR PUSTAKA

Papalia, E Diane, Old, Sally Wendkos, dan Feldman, Ruth Duskin. 11 th edition. Human Development. New York : Mc Graw-Hill.
Papalia, Human Development, atau Psikologi Perkembangan, terj. Ed. 10. Marswendy, Brian. Jakarta : Salemba humanika, 2009.