BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Seorang
anak atau individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
berinteraksi tersebut akan memperoleh skema, skema berupa kategori pengetahuan
yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema yang
menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam
memahami atau mengetahui sesuatu. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi
lingkungan,informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi,
menambah atau mengganti skema yang sebelumnya ada.
Asimilisai
adalah proses menambahkan informasi baru kedalam skema yang sudah ada,
akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada.
Melalui
kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap yang lain.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah yang didapatkan sebagai berikut :
1. Apa itu
perkembangan?
2. Bagaimana
perkembangan fisik anak usia sekolah?
3. Bagaimana
perkembangan kognitif anak usia sekolah?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan
gambaran mengenai perkembangan anak pada usia sekolah
2. Menelusuri
perkembangan fisik dan kognitif anak usia sekolah
1.4 Manfaat
1. Mengetahui
perkembangan anak pada usia sekolah
2. Mengetahui
perkembangan fisik dan kognitif usia sekolah
3. Dapat
menyikapi lebih dalam mengenai keadaan perkembangan fisik dan kognitif anak
pada usia sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Perkembangan
Suatu proses perubahan dan stabilitas
sepanjang rentan kehidupan manusia dari
konsepsi
hingga meninggal.
Perkembangan bersifat sistematis dari
perkembangan tahap awal (Quing) kemudian perkembangan tahap kedua (Babling) dan
seterusnya.
B. Perkembangan
Fisik
1. Aspek
perkembangan fisik
a. Pertumbuhan (tinggi dan berat)
Pertumbuhan
selama masa usia sekolah sangat lambat . Namun , meskipun perubahan hari demi
hari tidak terlihat jelas , mereka menghasilkan perubahan yang mengejutkan
antara usia 6 tahun , ketika mereka masih menjadi anak kecil , dan sebelas
tahun , banyak yang mulai menyerupai orang dewasa .
Anak
– anak tumbuh sekitar 5 – 8 cm tiap tahunnya antara usia 6 dan 11 tahun dan
berat badan meningkat kira – kira dua kali lipat selama masa itu .
b. Gizi
Dan Tidur
Untuk
mendukung pertumbuhan mereka yang stabil dan penggunaan tenaga yang konstan ,
anak – anak sekolah membutuhkan rata – rata 2400 kalori setiap hari , lebih
banyak pada anak yang lebih tua dan lebih sedikit pada yang lebih muda .
Penelitian
menemukan bahwa tidak ada efek negatif
pada tinggi , berat , dan massa tubuh , atau perkembangan neurologis dari diet
rendah lemak tanpa berlebihan pada usia ini.
Kebutuhan
untuk tidur menurun dari sekitar 11 jam per hari pada usia 5 tahun ke 10 jam
pada usia 9 tahun dan sekitar 9 jam pada usia 13 tahun . Anak – anak usia
sekolah yang sehat akan sangat awas pada siang hari namun demikian , masalah
tidur sepeerti membangkang untuk pergi tidur , insomnia dan mengantuk di siang
hari adalah hal yang lazim selama masa – masa ini , sebagian Karena banyak anak
, seiring dengan mereka tumbuh dewasa , diperbolehkan untuk mengatur jam tidur
mereka sendiri .
c.
Perkembangan otak
Di sini kita akan membahas mengenai Perubahan struktur
otak dan kemajuan fungsi kognitif. Proses pendewasaan dan pengetahuan pada masa
kanak-kanak tengah semakin baik, dengan lebih efisien menyeleksi dan
mengerjakan berbagai tugas. Dan perubahan dalam meningkatkan kecepatan dan
efisiensi dari proses otak dan meningkatkan bakat.
pembelajaran dari struktur otak yang semakin kompleks.
Dari semua pengalaman, dari interaksi
antara genetik, epigenetik, dan faktor lingkungan.
d. Perkembangan
Motorik dan permainan fisik
Keterampilan
motorik terus meningkat pada usia sekolah , namun demikian pada masa ini
anak-anak pada masyarakat transisi dan belum mengenal tulisan sudah bekerja dan
hal ini ditambah dengan lebih banyak pekerjaan rumah tangga , terutama bagi
anak perempuan membuat mereka hanya memiliki sedikit waktu dan kebebasan untuk
permainan fisik.
Survei
secara nasional berdasarkan catatan harian penggunaan waktu menemukan bahwa
anak – anak usia sekolah mengahbiskan sedikit banyak waktu tiap minggunya untuk
berolah raga dan aktivitas luar ruangan lainnya . Pada masa awal 80an
dihabiskan untuk menonton televisi rata – rata 12-14 jam per minggu .
e. Bermain
Di Waktu Istirahat
Berbagai
permainan yang dimainkan anak – anak pada waktu istirahat cenderung informal
dan diatur secara spontan . Anak laki – laki bermain permainan yang lebih aktif
secara fisik sementara anak perempuan lebih suka permainan yang melibatkan
ekspresi verbal atau menghitung dengan suara keras , seperti bermain lompat
tali . Sekitar 10% permainan bebas anak – anak sekola pada waktu istirahat
ditingkat awal terdiri dari permainan kekacauan dan kekasaran seperti bergulat
, menendang , dan saling menjatuhkan.
Jenis
permainan ini memuncak pada masa kanak – kanak biasanya turun 5% pada usia 11
tahun . Sebuah fakta yang umunya diatribusikan kepada kombinasi perbedaan
hormone dan sosialisasi.
f. Olah
raga yang terorganisasi
Menurut
survei secara nasional di AS terhadap anak berusia 9-11 tahun dan orang tuanya,
38.5 persen melaporkan keikutsertaan di dalam olah raga yang terorganisasi di
luar jam sekolah selama seminggu sebelumnya, paling sering pada bisbol,
softball, sepak bola dan bola basket. Sekitar 77.4 persen anak-anak turut serta
didalam kegiatan fisik yang tidak terorganisir, seperti bersepeda dan melempar
bola ke keranjang.
2. Kesehatan,
kebugaran dan keamanan
a. Obesitas/kelebihan
berat badan
Sekitar 16 persen anak
berusia 6-11 tahun mengalami kelebihan berat badan dan tambahan 15 persen
mendekati kelebihan berat badan. Anak laki-laki lebih mungkin terkena kelebihan
berat badan dari pada anak perempuan.
Ø Penyebab
kelebihan berat badan
Pada
hari biasa, lebih dari 30 persen sempel survei nasional yang berjumlah 6.212
anak dan remaja dilaporkan mengonsumsi makanan cepat saji yang memiliki kadar lemak,
karbonhidrat dan bahan tambahan gula yang tinggi.
Ø Mengapa
anak yang kelebihan berat badan lebih dikhawatirkan?
Kelebihan
berat badan merupakan kelemahan bagi anak-anak usia sekolah. Anak-anak dengan
kelebihan berat badan sering kali menderita secara emosional dan mungkin
mengimbanginya dengan memanjakan diri mereka dengan berbagai kesenangan,
membuat masalah fisik dan sosial mereka jadi lebih buruk. Anak-anak ini
beresiko memiliki masalah perilaku, depresi dan harga diri yang rendah. Mereka
biasanya memiliki masalah kesehatan, termasuk tekanan darah, kolesterol dan
kadar insulin yang tinggi.
Ø Pencegah
dan penanganan kelebihan berat badan
Mengurangi waktu
didepan televisi dan komputer, perubahan dalam label dan iklan makanan, makanan
kantin sekolah yang lebih sehat, pendidikan untuk membantu anak-anak memilih
makanan yang lebih baik, serta lebih banyak program pendidikan jasmani, akan
membantu.
Ø Kelebihan
berat badan dan hipertensi pada masa kanak-kanak
Hipertensi
(hypertension) dulu relatif jarang terjadi pada masa kanak-kanak, tetapi saat
ini dianggap sebagai “epidermi yang berkembang” dari resiko kardiovaskular,
terutama diantara etnis minoritas.
Penurunan berat badan
melalui modifikasi diet dan kegiatan fisik rutin merupakan penanganan utama
bagi hipertensi yang terkait dengan kelebihan berat badan.
b. Masalah
medis lainnya
Penyakit pada masa
kanak-kanak tengah cenderung singkat. Kondisi medis akut (acute medical
conditions) kadang-kadang kondisi jangka pendek, seperti infeksi, alergi dan
kutil lazim dialami.
Ø Masalah
pendengaran dan penglihatan
Kebanyakan
anak usia sekolah memiliki penglihatan yang lebih tajam dibandingkan ketika
mereka masih balita. Anak-anak dibawah 6 tahun cenderung sulit melihat dari
jarak dekat. Pada usia 6 tahun, penglihatan biasanya lebih teliti dan karena
kedua mata sudah terkoordinasi dengan lebih baik, masa anak bisa lebih baik
dalam memusatkan penglihatan.
Hampir
13 persen anak dibawah usia 18 tahun perkiraan mengalami kebutaan atau
kerusakan penglihatan, sekitar 15 persen anak usia 6-9 tahun yang kebanyakan
anak laki-laki, mengidap beberapa kehilangan pendengaran.
Ø Asma
(asthma)
Penyakit
pernapasan kronis yang dicirikan dengan serangan batuk, pernapas paru (bengek)
dan kesulitan bernapas secara mendadak, merupakan penyebab utama ketidak
mampuan pada masa kanak-kanak.
Beberapa
ahli berpendapat bahwa rumah-rumah yang sangat bersekat sebagai penyebabnya
karena memperkuat pemaparan terhadap racun lingkungan didalam rumah dan
alergen.
Ø HIV
dan AIDS
Di
seluruh dunia, diperkirakan sebanyak 2.2 juta anak dibawah usia 15 tahun
terjangkit human immunodeficiency virus
HIV. Anak-anak ini memiliki resiko tinggi menderita asquired immune deficiency syndrome (AIDS). Banyak anak ini
tertular AIDS dari ibu mereka, biasanya ketika dalam kandungan dan menjadi
korban kekerasan seksual. Mereka
dengan gejala-gejala AIDS bisa jadi terkena disfungsi sistem saraf pusat yang
dapat mengganggu kemampuan mereka untuk belajar, tetapi terapi antiretrovirus
dapat meningkatkan keberfungsian mereka. Kebanyakan anak yang terjangkit HIV
pada usia sekolah dapat berfungsi secara normal, karena nyaris tidak ada resiko
menularkan ke teman-teman sekelasnya.
Ø Kecelakaan
Seperti
pada masa kanak-kanak awal kecelakaan adalah pemimpin, penyebab kematian
diantara anak-anak usia sekolah US. Di masa 9 tahun sekolah 96.359 anak-anak
laihr di Alberta Canada 21% terdapat setidaknya 1 kecelakaan setiap tahun dan
73% mengulang kecelakaan-kecelakaan selama periode sekolah. Laki-laki akan
lebih mengalami kecelakaan dari pada perempuan.
C.
Perkembangan Kognitif
1. Pendekatan
piaget anak operasional konkret
Menurut
piaget, pada sekitar 7 tahun, anak-anak memasuki tahap opersional konkret,
dimana mereka bisa menggunakan berbagai opersi mental, seperti penalaran,
memecahkan masalah-masalah konkret (nyata).
a. Kemajuan
kognitif
Pada
tahap operasional konkret, anak-anak sudah memilki pemahaman yang lebih baik
dari pada anak-anak praoperasional mengenai konsep spasial, sebab akibat,
pengelompokan, penalaran induktif deduktif, konservasi, serta angka.
Ø Hubungan
spasial dan sebab akibat
Dengan pemahaman yang
lebih baik mengenai hubungan spasial, anak-anak didalam tahap operasional
konkret ini memilki ide yang lebih jelas mengenai beberapa jauh dari satu
tempat ke tempat yang lain dan berapa lama untuk sampai kesana, serta mereka
dapat dengan lebih mudah mengingat rute dan tanda pengenal tempat selama
perjalanan. Baik kemampuan menggunakan peta dan model serta kemampuan
mengkomunikasikan informasi spasial meningkat seiring bertambahnya usia,
penilaian mengenai sebab akibat juga meningkat.
Ketika anak berusia 5-12
tahun diminta untuk meramalkan bagaimana tuas dan timbangan akan bekerja
dibawah kondisi yang bervariasi, anak yang lebih tua memberikan jawaban yang
lebih benar. Anak-anak memahami pengaruh atribut fisik (jumlah objek pada tiap
sisi timbangan) lebih dahulu dibandingkan mereka mengenali pengaruh faktor
spasial (jarak objek dari tengah timbangan).
Ø Pengelompokan
Pengelompokan meliputi
berbagai kemampuan yang relatif canggih, seperti seriasi, penyimpulan
transitif, dan inklusi kelas.
Seriasi
adalah ketika mereka dapat menyusun banyak objek dalam suatu urutan menurut
satu atau lebih dimensi, penyimpulan
transitif adalah kemampuan menyimpulkan hubungan antara dua objek dari
hubungan antara keduanya dan objek ketiga, inklusi
kelas adalah kemampuan melihat hubungan antara keseluruhan dan
bagian-bagianya.
Ø Penalaran
induktif dan deduktif
Menurut piaget
anak-anak pada tahap operasional konkret hanya menggunakan penalaran induktif (inductive reasoning) mulai dengan pengamatan
mengenai anggota partikular dari kelas orang-orang, hewan, objek atau kejadian,
kemudian mereka mengambil kesimpulanumum mengenai kelas sebagai kseluruhan. Penalaran deduktif (deductive
reasoning) diamana piaget meyakini tidak berkembang sampai masa remaja, dimulai
dengan pernyataan umum (premis) mengenai suatu kelas dan menerapkanya ke
anggota kelas partikular.
Ø Konservasi
Dalam memecahkan
berbagai jenis masalah konservasi, anak-anak pada tahap operasional konkret
dapat mencari jawaban dengan mengerjakan di dalam kepala mereka, mereka tidak
perlu mengukur atau menimbang objek.
Ø Angka dan matematik
Pada
usia 6 atau 7 tahun, banyak anak dapat menghitung di dalam kepala mereka.
Mereka juga belajar untuk berhitung. Mereka bisa saja memerlukan dua atau tiga
tahun lebih untuk menampilkan operasi yang sebanding dengan pengurangan, tetapi
kebanyakan anak pada usia 9 tahun dapat menghitung ke atas dari angka yang
lebih kecil dan kebawah dari angka yang lebih besar untuk mendapatkan jawaban.
Anak-anak
juga dapat lebih mahir pada pemecahan masalah cerita sederhana. Penelitian pada
orang-orang yang minim pendidikan pada Negara-negara berkembang menunjukan
bahwa kemampuan semakin berkembang hampir secara universal dan sering kali
secara intuitif melalui pengalaman konkret dalam konteks budaya.
b.
Berbagai pengaruh
perkembangan neurologis, budaya dan
sekolah
Piaget
menegaskan bahwa peralihan dari cara berfikir yang kaku dan tidak logis pada
anak kecil ke cara berfikir yang fleksibel dan logis pada anak yang lebih tua
tergantung pada baiknya perkembangan neurologis dan pengalaman dalam
beradaptasi dengan lingkungan.
c.
Penalaran moral
Piaget
(1932 piaget dan inhelder, 1969) mengemukakan bahwa penalaran moral berkembang
dengan 3 tahap, anak-anak beralih secara bertahap dari satu tahap ke tahap yang
lain pada usia yang bervariasi.
2. Pendekatan
pemrosesan informasi, ingatan dan keterampilan pemrosesan lainnya
a. Bagaimana mengembangkan kemampuan executive?
Tingkat perkembangan dari fungsi executive dari bayi
hingga remaja disertai perkembangan otak. Fungsi executive adalah kontrol dari
pemikiran, emosi dan tindakan untuk mencapai tujuan dan menyelesaikan masalah.
Lingkungan rumah berkontribusi dalam perkembangan
kemampuan executive. Anak-anak usia sekolah mengembangkan kemampuan perencanaan
dengan mengambil keputusan mengenai aktifitas sehari-hari mereka.
b. Perhatian selektif
Anak-anak usia sekolah dapat berkonsentrasi lebih lama
dari anak-anak yang lebih muda dari mereka dan dapat memusatkan pada informasi
yang mereke perlukan dan inginkan, seperti menyaring informasi yang tidak
relevan.
Kapasitas untuk perhatian selektif yang tumbuh ini
diyakini berkaitan dengan kematangan neurologis dan merupakan salah satu alasan
ingatan yang meningkat selama masa kanak-kanak tengah.
c. Kerja ingatan
Efisiensi dari kerja ingatan meningkat secara tepat di
usia anak-anak tengah, jadi jika memori berkembang dengan baik, perkembangan
kognitif pun baik.
d.
Metamemori (memahami
ingatan)
Antara
usia 5 dan 7 tahun, lobus frontal pada otak mengalami perkembangan dan
pengorganisasian ulang yang signifikan. Berbagai perubahan ini memungkinkan
peningkatan dalam mengingat kembali dan metamemori
pengetahuan mengenai proses ingatan kemampuan yang terkait adalah metakognisi kesadaran seseorang akan
proses berpikirnya sendiri.
e. Mnemonic
(berbagai strategi untuk mengingat)
Berbagai
alat untuk membantu ingatan disebut strategi mnemonic, strategi yang paling
umum di antara anak-anak dan orang dewasa adalah penggunaan alat-alat bantu
ingatan eksternal.
Berbagai strategi mnemonic yang umum adalah
pengulangan (rehearsal), organisasi dan elaborasi. Bantu ingatan eksternal adalah sesuatu diluar diri seseorang, pengulangan (rehearsal) adalah
pengulangan yang disadari, organisasi
adalah menempatkan informasi secara mental ke dalam berbagai kelompok, elaborasi adalah pengkaitan berbagai
item dengan sesuatu yang lain.
f.
Proses informasi
Peningkatan pada proses informasi mungkin membantu
menjelaskan manfaat dari deskripsi piaget. Sebagai contoh, usia 9 tahun mungkin
lebih baik dari pada anak usia 5 tahun untuk menemukan jalan ke dan dari
sekolah karena mereka dapat mengingat objek.
Improfisasi dalam memori memberikan kontribusi
terhadap pengumpulan tugas-tugas konservasi kerja memori anak-anak sangat
terbatas, jadi mereka tidak bisa mengingat semua informasi yang relevan
(Siegler dan Richards 1982)
3. Pendekatan
psikometrik (pengkuran kecerdasan)
a. Kontroversi
IQ
IQ
pada usia 11 tahun bahkan dapat meramalkan panjangnya usia dan kehadiran atau
ketidak hadiran kemandirian fungsional dan pikun pada masa dewasa akhir.
b. Pengaruh
pendidikan
Anak-anak
yang masuk sekolahnya tertunda secara signifikan akan kehilangan sebanyak 5
angka IQ tiap tahunnya dan beberapa kehilngan ini tidak pernah dapat
dipulihkan.
c. Berbagai
pengaruh ras/suku bangsa dan budaya
Banyak
penelitian mengatribusikan perbedaan etnis dalam IQ dengan ketidaksamarataan
lingkungan. Dalam pendapatan, gizi,kondisi kehidupan, kesehatan, praktik pola
asuh, pengasuhan anak dini, rangsangan intelektual, pendidikan, budaya atau
situasi lain seperti dampak penindasan dan deskriminasi yang dapat mempengaruhi
harga diri, motivasi dan prestasi akademik. Perbedaan lingkungan mempengaruhi
kesiapan untuk sekolah yang pada akhirnya mempengaruhi kecerdasan yang diukur
dan juga prestasi. Beberapa kritik mengtribusikan perbedaan etnis dalam IQ
dengan bias budaya, bebas budaya, culture fair, relevan dengan budaya.
d. Teori
kecerdasan majemuk gardner
Gardner,
seorang neuropsikolog dan peneliti pendidikan pada universitas harvard, mengidentifikasi
tujuh bentuk kecerdasan yang berbeda. Menurut gardner, tes kecerdasan
konvensional hanya menyentuh tiga kecerdasan yaitu linguistik, logika
matematika, dan pada kadar tertentu spasial. Empat yang lain, yang tidak
dicerminkan dalam skor IQ adalah musikal, tubuh kinestetik, interpersonal, dan
intrapersonal.
e. Teori
kecerdasan triarchic dari Sternberg
Terdiri
dari tiga unsur atau aspek kecerdasan yaitu componential,
experiental, contextual.
·
Unsur componential,
merupakan aspek analitis dari kecerdasan, unsur ini menentukan bagaimana
orang-orang secara efisien memproses informasi.
·
Unsur experiental,
merupakan kreatif atau perseptif, unsur ni menentukan bagaimana orang-orang
mendekati tugas-tugas baru atau familiar.
·
Unsur contextual,
adalah praktis menentukan bagaimana orang-orang menangani lingkunganya.
f.
Arah baru
lainnya dalam pengetesan kecerdasan
Beberapa alat diagnostik dan prediktif baru didasarkan
pada penelitian neurologis dari teori pemrosesan informasi. Edisi kedua dari Kaufman Assessment Battery For Children
(K-ABC-II). Sebuah tes individual untuk usia 3-18 tahun, dirancang untuk
mengevaluasi berbagai kemampuan kognitif pada anak dengan kebutuhan yang
beragam (seperti autisme, kerusakan pendengaran, dan gangguan bahasa).
4. Bahasa
dan Literasi
a. Kosakata,
tata bahasa dan sintaks
Sebagaimana
kosakata tumbuh , anak-anak menggunakan kata kerja yang kian bertambah, untuk
menggambarkan suatu tindakan (memukul, menampar, menggebuk, menghantam). Kiasan
dan perumpaan, kata kiasan dimana kata atau frase yang biasanya menunjukan satu
hal yang dibandingkan atau diterapkan pada yang lain, menjadi kian bertambah
lazim. Dan
mungkin setelah usia 9 tahun, pemahaman anak-anak mengenai aturan sintaks
(bagaimana kata disusun menjadi frasa dan kalimat) menjadi makin canggih dan
struktur kalimat menjadi lebih terelaborasi.
b. Pragmatik
(pengetahuan mengenai komunikasi)
Wilayah
utama pertumbuhan linguistik selama masa-masa sekolah adalah pragmatik.
Penggunaan praktis bahasa untuk berkomunikasi. Pragmatik meliputi ketrampilan
bertutur dan bercakap. Ada perbedaan individu yang cukup banyak di dalam
ketrampilan tersebut, beberapa anak usia 7 tahun lebih baik dalam
percakap-cakap dari pada dengan orang dewasa, ada juga perbedaan gender.
c. Pendidikan
bahasa kedua
Beberapa
sekolah menggunakan pendekatan english-immersion,
yaitu anak-anak mendalami bahasa inggris sejak awal, didalam kelas-kelas
khusus. Sekolah lain mengadopsi program pendidikan bilingual (bilingual education), sebuah program yang mengajarkan
anak-anak dengan dua bahasa, pertama belajar dengan bahasa asli dengan orang
lain yang juga bahasa asli dan kemudian berpindah dikelas biasa didalam bahasa
inggris ketika mereka lebih pasif dalam bahasa inggris.
Program-program
ini dapat mendorong anak-anak untuk menjadi bilingual (fasih dalam dua bahasa)
dan merasa bangga dengan identitas budaya mereka.
5.
Anak di sekolah
Sekolah
merupakan pengalaman formatif utama, mempengaruhi setiap aspek perkembangan. Di
sekolah, anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan, ketrampilan dan kompetensi
sosial, memperluas tubuh dan fikiran, serta untuk mempersiapkan kehidupan
dewasa.
a.
Memasuki kelas satu
Dalam
sebuah penelitian longitudinal porspektif berskala besar, anak-anak yang selama
taman kanak-kanak dan kelas satu yang berpartisipasi pada olah raga, musik dan
penalaran dansa atau klub secara konsisten, memiliki nilai yang lebih baik pada
tes pra_membaca dan ketrampilan matematika yang berstandarisasi mendekati akhir
kelas satu.
b. Literasi
Setelah
anak-anak dapat menerjemahkan objek pada sebuah halaman menjadi pola-pola suara
dan makna, mereka dapat mengembangkan strategi canggih yang kian bertambah
untuk memahami apa yang mereka baca, serta mereka dapat menggunakan kata-kata
tertulis untuk mengungkapkan berbagai ide, pikiran dan perasaan.
d. Membaca
Anak-anak
dapat mengidentifikasikan kata yang dicetak dengan dua cara. Satu disebut
decoding, anak membunyikan kata, menerjemahkan dari cetak kebicara sebelum
menyimpan dan mengingat kembali dari ingatan jangka pendek. Cara kedua adalah
menyimpan dan mengingat kembali berdasarkan visual (vissualy based retrieval)
anak cukup melihat pada kata dan kemudian mengingatnya kembali.
kedua
cara ini membentuk inti dua pendekatan yang berlawanan untuk membaca instruksi.
Pendekatan tradisional, yang menekankan pada encoding, disebut fenotik atau
pendekatan penekanan kode (phonetic or code emphasis approach). Pendekatan yang
lebih baru adalah pendekatan keseluruhan bahasa (whole language approach),
menekankan penyimpanan dan pengingatan kembali visual serta penggunaan isyarat
kontekstual.
e.
Menulis
Menulis
sulit bagi anak-anak berusia muda dan karangan awal biasanya cukup pendek.
Tidak seperti percakapan, yang memberikan umpan balik tatap, menulis menuntun
anak menilai secara mandiri apakah tujuan telah dicapai.
f. Pengaruh
prestasi sekolah
Sebagaimana
teori bioekologis dari Bronfenbrenner akan meramalkan, selain karakteristik
anak, tiap-tiap tingkatan konteks kehidupan mereka dari keluarga kandung sampai
apa yang terjadi didalam kelas sampai pesan-pesan yang diterima anak-anak dari teman-teman
seusianya dan dari budaya yang lebih besar mempengaruhi seberapa baik mereka
berprestasi di sekolah.
g. Sang
anak (efikasi dan gender)
Menurut
teori kognitif sosial dari Albert Bandura, para murid yang memiliki efikasi
diri tinggi yang percaya bahwa mereka bisa menguasai pekerjaan sekolah dan
mengatur pembelajaran mereka sendiri, lebih cenderung untuk mencoba berprestasi
dan berhasil dibandingkan mereka yang tidak percaya pada kemampuan mereka
sendiri.
h.
Penerapan pola asuh
Gaya
pola asuh bisa mempengaruhi motivasi. Dalam sebuah penelitian, anak-anak kelas
lima yang paling berprestasi memiliki orang tua yang authoritative. Mereka memliki rasa ingin tahu dan tertarik untuk
belajar, mereka menyukai tugas-tugas menantang dan menikmati memecahkan masalah
dengan sendiri. Orang tua otoritarian,
yang mengawasi anak-anaknya mengerjakan pekerjaan rumah mereka, memantau dengan
ketat dan tergantung lebih rendah. Begitu pula anak-anak dengan orang tua permissive yang tidak terlibat atau
terlihat tidak peduli dengan prestasi anak disekolah.
i.
Status sosial ekonomi
Status
sosial ekonomi bisa menjadi faktor yang kuat dalam prestasi di bidang
pendidikan, bukan dalam atau itu sendiri, tetapi melalui pengaruhnya pada faktor-faktor
seperti suasana keluarga, pemilihan sekitar tempat tinggal, dan penerapan pola
asuh. Anak-anak dengan orang tua miskin lebih mungkin mengalami suasana rumah
dan sekolah yang negatif, kejadian-kejadian penuh tekanan dan tidak stabil,
serta rumah tangga yang kacau.
Dalam
sebuah penelitian longitudinal, anak-anak yang pada usia 8 tahun memiliki
lingkungan rumah yang merangsang kognitif menunjukan motivasi intrinsik yang
lebih tinggi untuk pembelajaran akademis pada usia 9, 10 dan 13 tahun dari pada
anak-anak yang tinggal pada lingkungan rumah yang kurang merangsang.
j.
Sistem pendidikan
Pada
tahun 1980-an, serangkaian komisi pemerintah dan pendidikan mengajukan rencana
untuk peningkatan, mulai dari pekerjaan rumah, ke hari sekolah dan tahun
sekolah yang lebih lama, serta keorganisasi ulang menyeluruh terhadap sekolah
dan kurikulum.
Pada
tahun 2001, kongres memberlakukan no
child left behind (NCBL), sebuah gerakan reformasi pendidikan yang
menekankan akuntabilitas, pilihan orang tua dan kontrol lokal yang diperluas
dan fleksibilitas. Tujuannya adalah untuk menyalurkan pendanaan federal untuk
berbagai program dan praktik yang berdasarkan penelitian, dengan penekanan khusus
pada membaca dan matematika.
k. Lingkungan
sekolah
Anak-anak
belajar secara lebih baik dan guru mengajar secara lebih baik di dalam
lingkungan yang nyaman dan sehat. Kualitas udara, suhu, kelembaban, penerangan
dan mutu suara yang memadai meningkatkan kinerja siswa.
Kebanyakan
pendidik menganggap kelas ukuran kecil sebagai faktor kunci, terutama pada
tingkat awal. Sebuah penelitian
longitudinal melibatkan 11.600 anak TK dan siswa SD di Sekolah umum tennesse menemukan
bahwa manfaat akademik bertahan lama bagi para siswa yang dimasukkan kedalam
kelas yang sangat kecil secara acak (15 siswa para siswa dibandingkan 22 siswa
pada kelas biasanya).
l.
Inovasi pendidikan saat
ini
Banyak
pendidik mengatakan bahwa satu-satunya solusi nyata untuk tingkat kagagalan
tinggi adalah mengidentifikasi siswa yang beresiko sejak dini dan
mengintervensi sebelum mereka gagal.
Beberapa
orang tua, tidak senang dengan sekolah negeri mereka atau mencari gaya
pendidikan tertentu memilih charter school (sekolah gratis yang dikelola oleh
orang tua, pendidik, perusahaan atau swasta) atau homeschooling (sekolah
dirumah). Charter school cenderung lebih kecil dibandingkan sekolah negeri
biasa dan memliki filosofi, kurikulum, struktur, atau gaya organisasi yang
unik. Homeschooling sah menurut hukum diseluruh 50 negara bagian. Dalam survei
pemerintah yang representatif secara nasional, alasan utama orang tua memilih
homeschooling untuk anak-anak mereka adalah kehawatiran mengenai lingkungan
belajar yang buruk disekolah dan hasrat untuk menyediakan pengajaran yang
religius atau moral.
m.
Pemanfaatan komputer
dan internet
Pemanfaatan
komputer dan internet oleh anak-anak meningkat pesat dalam sepuluh tahun
terakhir. Sembilan dari 10 anak usia 8-10 tahun menggunakan komputer dan lebih
dari setengahnya menggunakan internet untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah,
email, atau bermain.
Kemampuan
menggunakan komputer dan menavigasikan world wide web membuka peluang baru
untuk pengajaran individual, Namun
hal ini mengundang bahaya. Pertama, resiko melihat materi-materi yang
membahayakan atau tidak patut. Kedua, para siswa perlu belajar mengevaluasi
secara kritis informasi yang mereka temukan didunia maya dan memisahkan fakta
dari pendapat dan iklan. Akhirnya, fokus pada “visual literacy” (kemampuan
untuk menginterpretasikan, mendiskusikan, dan membuat kesimpulan dari informasi
yang diterima dan bentuk gambar) dapat mengalihkan sumber daya finansial dari
bidang lainnya.
n. Budaya
Beberapa
anak minoritas, terutama mereka yang berasal dari keturunan asia timur,
cenderung berprestasi sangat baik disekolah. Berbagai pengaruh budaya di dalam
negara asal mereka mungkin merupakan kunci utama. Budaya asia timur memberikan
nilai-nilai yang mendorong keberhasilan pendidikan. Para ibu dari jepang dan
china memandang prestasi akademik sebagai hal terpenting yang dituntut kepada
anaknya. Sementara para siswa AS bersosialisasi setelah pulang sekolah dan
terlibat dalam olah raga dan kegiatan lainnya, para siswa asia mendedikasikan
dirinya hampir seluruhnya untuk belajar.
6.
Anak-anak dengan
permasalahan belajar
a. Keterbelakangan
mental (mental retadation)
Merupakan
bentuk fungsi di bawah normal secara signifikan. Ini ditunjukan dengan IQ,
sekitar 70 orang, ditambah dengan defisiensi dalam perilaku adaptif pada usia
yang sesuai (seperti komunikasi, keterampilan sosial, dan perawatan diri) yang
muncul sebelum usia 18 tahun.
Masalah
identifikasi keterbelakangan mental karena munculnya tren sejarah dalam skor-skor
IQ. Untuk menyesuaikan dengan tren-tren ini, tes-tes kecerdasan ini dinormalkan
secara berkala (membuatnya makin sulit). Dengan demikian, apakah seorang anak
dengan kecerdasan horderlin
dikelompokan sebagai keterbelakangan mental bisa bergantung pada apakah anak di
tes sebelumn atau sesudah norma yang sudah kaku.
Dalam
30-50%, penyebab keterbelakangan mental tidak diketahui. Penyebab-penyebab yang
sudah diketahui seperti gangguan genetika, kecelakaan yang traumatis, pemaparan
pranatal pada infeksi atau alkohol,dan pemaparau lingkungan pada timbal atau
tingkat merkuri. Banyak kasus keterbelakangan mental dapat dicegah melalui
konseling genetika, perawatan pranatal, amniosentesis (pemeriksaan air
keketuban), pemeriksaan rutin dan perawatan kesehatan untuk bayi yang baru
lahir serta layanan gizi untuk ibu hamil dan bayi.
Berbagai
program intervensi telah membantu bayak orang dewasa dengan keterbelakangan
ringan atau sedang dan mereka yang dianggap “borderline” ( dengan memiliki
rentang IQ dari 70 sampai sekitar 85) untuk bekerja, hidup dalam masyarakat,
dan berfungsi cukup baik dimasyarakat.
b.
Kesulitan belajar
Disleksia
merupakan kesulitan belajar (learning disabilities-LDs) yang paling umum
terdiagnosis dari sekian banyak kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan
gangguan yang mengganggu aspek khusus dari prestasi sekolah seperti menyimak,
berbicara, membaca, menulis atau matematika, yang mengakibatkan kinerja yang
secara substansial lebih rendah yang diharapkan pada usia, kecerdasan, dan
jumlah bersekolah anak.
sekitar
4 dari 5 anak degan kesulitan belajar di indentifikasi menderita disleksia,
umumnya disleksia dianggap sebagai kondisi medis yang kronis dan menetap serta
cenedrung diturunkan. Ia menghambat perkembangan keterampilan bahasa lisan dan
tulisan serta bisa menyebabkan masalah
dalam menulis, mengeja, tata bahasa, pemahaman bicara dan juga membaca.
Disleksia
pada anak-anak yang bertutur inggris diyakini hasil dari kecacatan neurologis
dalam memproses suara bicara, ketidak mampuan mengenali bahwa kata-kata terdiri
dari unit-unit suara yang lebih kecil, yang di tampilkan dengan huruf-huruf
tercetak. Kecacatan dalam pemrosesan fonologis ini membuat makin sulituntuk
melakukan decoding kata. Secara biologis, disleksia bisa bervariasi oleh budaya.
c. Attention
– deficit/ hiperactivity disorder (ADHD)
Merupakan
kondisi kronis yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mamutuskan perhatian
yang menetap, perhatian yang mudah teralih, impulsivitas, toleransi yang rendah
terhadap kegagalan, dan aktifitas yang sangat banyak pada waktu dan tempat yang
salah, seperti didalam kelas.
Gangguan
ADHD memiliki dua kumpulan gejala yang berbeda, namun terkadang tumpang tindih
yang membuat diagnosis menjadi tidak tepat. Beberapa anak kurang memperhatikan,
tetapi tidak hiperaktif, lainya menunjukan pola yang sebaliknya. ADHD memiliki
dasar genetika yang substansial, dengan tingkat bawaan mendekati 80 persen.
Komplikasi kelahiran yang bisa menjadi penyebab gangguan ini termasuk kelahiran
prematur, konsumsi alkohol atau tembakau oleh calon ibu, pemaparan terhadap
timbal dalam kadar yang tinggi atau PBC dan kekurangan oksigen.
Anak-anak
ADHD memiliki struktur otak kecil yang tidak biasa didalam daerah kortikal yang
mengatur perhatian dan mengendalikan dorongan. Mereka cenderung melupakan
tanggung jawab, berbicara keras dari pada memberikan kepada diri mereka sendiri
arahan yang pelan, mudah marah atau frustasi dan menyerah ketika mereka tidak
bisa memecahkan masalah.
Penanganan
ADHD sering kali dengan dengan obat-obatan, terkadang dikombinasikan dengan
terapi perilaku, konseling, pelatihan ketrampilan, sosial dan penempatan pada
kelas khusus. Efek samping dari kombinasi pengobatan adalah pertumbuhan tinggi
dan berat badan yang lambat.
d. Mendidik
anak dengan berbagai ketidak mampuan
Banyak
siswa yang mengikuti program inklusi yaitu program yang menggabungkan mereka
dengan anak-anak normal seharian atau setengah hari.
Sekitar
setengah siswa dengan ketidakmampuan paling sedikit 80 persen hari mereka
didalam kelas biasa. Inklusi dapat membantu anak dengan ketidak mampuan belajar
dan hidup bersama di dalam masyarakat dan dapat membantu anak-anak normal
mengetahui dan memahami orang-orang dengan ketidakmampuan. Masalah yang mungkin
terjadi dengan program inklusi adalah anak-anak dengan kesulitan belajar mungkin
di evaluasi dengan standar yang tidak realistis, mengakibatkan mereka tidak
naik kelas.
7.
Anak-anak berbakat
Bakat
sangat sulit didefinisikan dan diukur. Para pendidik tidak sepakat mengenai
siapa yang digolongkan ke dalam berbakat, atas dasar apa, dan bentuk program
pendidikan apa yang diperlukan anak-anak ini. Sumber lain kebingungan ini
adalah bahwa kreatifitas dan bakat seni terkadang dipandang sebagai satu aspek
atau bentuk bakat dan terkadang berdiri sendiri.
a. Mengidentifikasi
anak berbakat
Kriteria
konvensional dari bakat adalah kecerdasan umum yang tinggi, sebagaimana
diperlihatkan oleh skor IQ 130 atau lebih. Definisi ini cenderung mengecualikan
anak-anak yang sangat kreatif (yang jawabannya yang tidak bisa sering kali
membuat skor tes mereka lebih rendah), anak-anak dari kelompok minoritas (yang
kemampuanya belum berkembang baik, meskipun pada potensi), dan anak-anak dengan
kemampuan khusus (yang mungkin hanya rat-rata atau bahkan menunjukan masalah
belajar pada bidang lainya).
b. Mendefinisikan
dan mengukur kreatifitas
Satu
definisi kreatifitas adalah kemampuan untuk melihat banyak hal dengan pandangan
baru untuk menghasilkan sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya atau
melihat masalah yang gagal dikenali orang lain dan menemukan pemecahan yang
baru dan tidak biasa. Kreatifitas tinggi dan kecerdasan akademin tinggi (IQ)
tidak harus terkait erat.
J.
P. Guilford membedakan antara dua bentuk berpikir, konvergen dan divergen.
Berfikir konvergen, bentuk yang di
ukur tes IQ mencari jawaban tunggal yang
benar. Berfikir divergen,
menghasilkan berbagai kemungkinan baru dalam rentang yang lebar. Berbagai tes
kreatifitas mengukur berfikir divergen. Diantara tes kreatifitas yang dikenal
luas adalah The Torrance Tests of Crative
Thingking, meliputi tugas-tugas seperti menyebutkan berbagai penggunaan
yang tidak biasa dari penjepit kertas, melengkapi gambar dan mencatat apa saja
nama benda yang di tampilkan. Satu masalah dengan banyak tes ini adalah
sebagian skor bergantung pada kecepatan, yang bukanlah merupakan ciri
kreativitas.
c. Mendidik
anak berbakat
Sekitar
68 persen sekolah dasar dan SMP/SMA
negri memiliki program khusus bagi mereka yang berbakat. Program-program
ini umumnya menganut satu atau dua pendekatan, pengayaan dan akselerasi.
Pengayaan
(enrichment) memperluas dan
memperdalam pengetahuan dan ketrampilan memalui kegiatan kelas ekstra, proyek
penelitian, kunjungan lapangan, atau pelatihan oleh para ahli. Akselerasi (acceleration), sering kali
direkomendasikan untuk anak yang sangat berbakat, untuk mempercepat pendidikan
mereka melalui masuk sekolah dini, melompat kelas, penempatan di dalam kelas
akselerasi atau kursus lanjutan dalam mata pelajaran spesifik. Akselerasi
menengah terlihat tidak membahayakan penyesuaian sosial paling tidak untuk jangka
panjang. Beberapa mengatakan bahwa jika tingkat pendidikan meningkat secara
signifikan bagi semua anak, hanya yang paling luar biasa yang perlu kelas
khusus.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa pekembangan fisik selalu mempengaruhi perkembangan kognitif, begitu
sebaliknya perkembangan kognitif di pengaruhi oleh perkembangan fisik. Sifat
dan karakter pribadi anak tumbuh ketika berada pada masa usia sekolah, selain
gender dan keluarga, lingkungan sekolah juga mempengaruhi perkembangan fisik
dan kognitif, hingga pada usia dewasa.
3.2
Kritik
dan saran
Saya sebagai penulis masih banyak kekurangan, kritik
dan saran yang saya harapkan untuk lebih mengembangkan dalam penulisan
selanjutnya, untuk lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Papalia, E Diane, Old, Sally
Wendkos, dan Feldman, Ruth Duskin. 11 th edition. Human Development. New York : Mc Graw-Hill.
Papalia, Human Development, atau Psikologi Perkembangan, terj. Ed. 10.
Marswendy, Brian. Jakarta : Salemba humanika, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar